Senin, 06 Januari 2014

Investasi Saham Dan Pasar Modal


Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta (Husnan, 2001:3). Secara tidak langsung pasar modal menjalankan 2 fungsi sekaligus yakni fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu investor dan issuer. Pasar modal memiliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh return bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Menurut Mahmud dalam Alam (1994:1) secara makro pasar modal Indonesia memiliki peranan sebagai:
1.        Sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana yang optimal.
2.        Memberikan outlet informasi bagi pemodal yang sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi dan pembentukan well-diversified portfolio.
3.        Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.
Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat. Hal tersebut disebabkan karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan, sehingga dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas.
Menurut Brigham dan Gapenski dalam Safitri (2000: 6) perusahaan yang sudah go public ketika membutuhkan tambahan dana segar dapat menerbitkan saham baru dengan cara yaitu:
1.        menawarkan kepada pemegang saham saat ini melalui right offering;
2.        melalui bank investasi yang ditujukan kepada publik secara umum dalam public offering;
3.        dijual langsung kepada satu pembeli (atau pembeli yang sangat terbatas) dalam suatu private placement;
4.        dijual kepada para pekerja sendiri melalui employee stock purchase plan;
5.        melalui dividend reinvestment plan yaitu penambahan saham melalui dividen yang tidak dibagi.
Dari berbagai alternatif di atas, emiten biasanya melakukan penambahan dana melalui right offering atau right issue. Right issue adalah penawaran saham terbatas kepada pemegang saham lama dengan harga yang lebih murah dari harga pasar yang berlaku. Selama ini right issue dianggap sebagai salah satu cara mencari dana yang murah dan mudah sehingga digemari oleh emiten. Hal tersebut dikarenakan dana dapat diperoleh tanpa melalui prosedur yang berbelit, tanpa agunan dan tidak memakan waktu yang cukup lama, emiten hanya perlu menunjukkan prospek yang baik.
Right issue biasanya dilakukan oleh emiten dengan tujuan memperoleh dana dari pihak eksternal yang digunakan untuk melakukan akuisisi, baik akuisisi intern maupun ekstern terhadap perusahaan yang berhubungan ataupun tidak berhubungan dengan core businessnya, pembayaran utang perusahaan serta melakukan ekspansi.
Bila suatu perusahaan melakukan right issue, maka pemegang saham lama mempunyai hak untuk memegang atau membeli saham baru yang ditawarkan tersebut sesuai dengan proporsi kepemilikan mereka masing-masing dengan harga yang lebih murah (preemptive right).  Tujuan dari hak tersebut untuk menjaga kontrol kekuasaan dari pemegang saham saat ini dan menghindarkan pemegang saham dari dilusi nilai (Brigham dan Gapenski dalam Safitri, 2000:16). Dalam right issue pemegang saham akan diberi suatu opsi untuk membeli sejumlah saham dan opsi tersebut tertulis di dalam suatu sertifikat yang disebut stock purchase right atau secara singkat disebut right.
Syarat bagi investor agar  memperoleh right yakni investor tersebut harus  memiliki atau membeli saham sebelum atau pada saat tanggal yang telah ditetapkan (cum-right date), akibatnya investor yang membeli saham di luar tanggal tersebut atau pada periode ex-right date tidak akan mendapat right. Pemegang saham yang mendapatkan right  akan mempunyai 3 alternatif pilihan (Tubastuvi, 2001:22):
1.        membeli saham baru yang ditawarkan dengan right yang ada dan mencari sejumlah uang yang besarnya sama dengan harga saham baru tersebut;
2.        tidak membeli saham baru yang ditawarkan pada right issue tetapi menjual right seharga kupon right tersebut;
3.        tidak melaksanakan haknya untuk membeli saham baru yang ditawarkan pada right issue dan juga tidak menjual right yang dimiliki dengan pertimbangan bahwa right issue akan berdampak negatif bagi investor.
Right pertama kali diperdagangkan di pasar modal Indonesia pada tahun 1992 yang diprakarsai oleh PT Dharmala Intiland, Sebelum itu tidak ada pilihan lain bagi para pemegang saham. Bila tidak segera menukarkan rightnya menjadi saham dalam waktu yang telah ditentukan, maka haknya atas emisi tersebut menjadi hilang.
Kebijakan right issue mungkin merupakan suatu keuntungan dan bermanfaat besar bagi perusahaan dalam ekspansi usahanya. Namun bagi pemegang saham khususnya yang lama, kebijakan ini masih dipertanyakan pengaruhnya terhadap peningkatan kemakmuran mereka. Right issue akan menguntungkan investor lama jika pada saat right issue perusahaan memiliki prospek yang bagus dan dana yang diperolehnya dipergunakan untuk investasi yang menguntungkan. Tetapi jika dana tersebut hanya dipergunakan untuk membayar utang, maka kondisi yang demikian justru akan menurunkan kredibilitas emiten dan merugikan pemegang saham.
Menurut Laksana (2002:18), keuntungan yang diperoleh para pemegang saham jika perusahaan emiten mengeluarkan right antara lain :
1.        Bagi pemilik saham lama (current stockholder), dengan adanya preemptive rights, maka right issue merupakan hak bagi mereka untuk membeli tambahan saham tersebut terlebih dahulu. Hal tersebut ditujukan agar proporsi kepemilikan modal pemegang saham lama tidak mengalami perubahan.
2.        Pemegang saham lama yang memegang hak atas right dapat menggunakan hak tersebut atau mengalihkan dengan menjualnya di pasar sekunder (selama perdagangan right) kepada investor lain.
3.        Keuntungan lain yang diperoleh pemegang saham adalah gain jika harga pasar saham setelah pelaksanaan right issue lebih tinggi dari harga teoritis.
4.        Penambahan jumlah saham yang beredar dapat menjadikan saham tersebut lebih likuid, sehingga diharapkan harga saham di bursa akan meningkat. Kondisi yang demikian sangat menguntungkan bagi pemegang saham karena mereka akan mendapatkan gain.
Kemakmuran pemegang saham pada dasarnya dapat tercermin dari pergerakan saham yang selanjutnya dipergunakan  untuk menghitung abnormal return yang diterima di sekitar pengumuman right issue. Jika abnormal return positif di sekitar hari pengumuman akibat dari peningkatan harga saham, maka pemegang saham akan memperoleh tambahan kemakmuran dari selisih return sesungguhnya dengan return ekspektasi yang diperoleh. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa kinerja saham baik, pengumuman tersebut mengandung informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pemegang saham dalam memperkirakan nilai sekuritas. Namun sebaliknya pemegang saham akan merugi jika abnormal return negatif. Hal tersebut dikarenakan harga saham di sekitar hari pengumuman menurun.
Pemegang saham sendiri pada dasarnya mengalami “dilema” dengan adanya right issue. Mereka seringkali mengalami dilusi ganda yakni berkurangnya persentase kepemilikan atas saham (dilusi kepemilikan) bila tidak melakukan konversi rightnya dan menurunnya harga saham secara teoritis pada periode ex-right (dilusi kekayaan) karena harga pelaksanaan right selalu lebih rendah daripada harga sebelumnya. Peristiwa tersebut mengakibatkan pemegang saham terpaksa melakukan “exercise” meskipun dalam pertimbangannya hal itu bukan merupakan keputusan investasi terbaik.

Pada perkembangannya perusahaan emiten seringkali mengeluarkan kebijakan “pendamping” agar right issue lebih laku di pasaran. Kebijakan tersebut dilakukan dengan pembagian berbagai bentuk saham gratis yaitu pembagian saham bonus, dividen saham dan stock split, sehingga jumlah saham yang beredar mengalami peningkatan. Akibatnya pemegang saham mengalami kebingungan dalam menyikapi kebijakan ini. Oleh karena itu, pemegang saham yang ingin menghindari adanya dilusi berupaya untuk mengexercisekan rightnya. Namun dana yang dibutuhkan pemegang saham dalam mengexercisekan rightnya semakin bertambah banyak seiring bertambahnya saham outstanding padahal mereka sendiri terkadang mempunyai alternatif pilihan investasi yang lebih baik. Hal tersebut sangat memberatkan investor terutama dalam penyediaan dana untuk mengexercisekan rightnya.
Berdasarkan kondisi dilematis di atas, penelitian ini dilakukan untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh pembagian saham bonus dan stock split pada masa sebelum right issue terhadap kemakmuran pemegang saham.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah pembagian saham bonus dan  stock split pada masa sebelum right issue memberikan kemakmuran  kepada pemegang saham.

1.        Efisiensi Pasar Modal
Efisiensi pasar modal secara informasi (informationally efficient market) adalah bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi yang tersedia. Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi (Jogiyanto, 2000:352).
Fama dalam Jogiyanto (2000:353) mengelompokkan efisiensi pasar modal berdasarkan informasi menjadi 3 yaitu:
a.         Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
b.        Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
c.         Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)

2.      Right issue
Right adalah salah satu hak bagi pemegang saham yang ada untuk membeli terlebih dahulu saham baru yang akan diterbitkan oleh emiten (Koentin dalam Maryadi, 1998:3). Dengan kata lain, pemegang saham memiliki preemptive rights atau Hak Memesan Efek Terlebih dahulu atas saham-saham yang diterbitkan tersebut.
3.        Saham Bonus
Bonus share atau saham bonus merupakan bonus pembagian saham baru untuk para pemegang saham, dimana pembagian bonus ini ditujukan sebagai bentuk reward (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:125). Saham yang diberikan secara cuma-cuma tersebut dapat berasal dari kapitalisasi agio saham (paid up capital) atau dari selisih surplus revaluasi aktiva tetap yang diperbolehkan.
4.        Stock Split
Stock split adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecah (split factor). Kebijakan ini biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya.
5.        Kemakmuran Pemegang Saham
Dalam penelitian ini kemakmuran pemegang saham dinilai dengan menghitung abnormal return. Pemegang saham akan mengalami peningkatan kemakmuran apabila memperoleh abnormal return (abnormal returnnya positif), dan sebaliknya akan mengalami kerugian apabila abnormal returnnya negatif.
Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return ekspektasi. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return  merupakan selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi.
Investasi Saham
            Investasi pada hakikatnya menurut Wirasasmita et al., (2002) dalam “Kamus Lengkap Ekonomi”, investasi adalah penukaran uang dengan bentuk-bentuk kekayaan lain, seperti saham atau harta tak bergerak yang diharapkan dapat ditahan selama periode waktu tertentu supaya menghasilkan pendapatan.
            Investasi dilakukan oleh seorang investor yang ingin memanfaatkan dananya yang ada saat ini agar memperoleh laba di masa yang akan datang karena setiap investasi pada dasarnya adalah untuk memperoleh laba atau manfaat dari investasinya tersebut.
            Seperti yang telah disebutkan bahwa investasi saham adalah investasi yang dilakukan di pasar modal. Pasar modal dalam arti singkat yaitu tempat melakukan transaksi jual-beli modal antara pihak yang memerlukan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan dana.
            Pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat , yang ditandai dengan berkembangnya jumlah emiten pada tahun 1990 tercatat 132 emiten dan meningkat pada tahun 2001 menjadi 379 emiten. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. Nazwirman (2008) menyatakan bahwa perkembangan pasar modal memberikan wahana baru bagi para investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi dan membuka kesempatan lebih mengoptimalkan perolehan penghasilan dari dana yang dimilikinya.
            Pasar modal memiliki dua fungsi pokok yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan berfungsi sebagai fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas untuk mempertemukan dua kepentingan yang saling melengkapi yaitu antara pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana. Perusahaan yang sudah go public dapat memperoleh aliran dana segar yang dapat memperkuat struktur modalnya melalui penjualan efek saham di pasar modal. Sedangkan pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena investor dapat memperoleh kesempatan untuk mendapat keuntungan sesuai karakteristik investasi yang dipilih.
Pengertian Saham
            Husnan (2004) menyatakan opininya bahwa sekuritas saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.
            Definisi saham adalah selembar kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut.
            Surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal sering disebut efek atau sekuritas, salah satunya yaitu saham. Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

Jenis-jenis Saham
Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham :
1.      Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim
a.       Saham Biasa (common stock)
            Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.
            Saham biasa (common stock), jenis saham yang tidak memiliki hak melebihi jenis-jenis saham lainnya. Pemegang saham biasa akan memperoleh keuntungan (dividen) hanya apabila perusahaan memperoleh laba. Ada beberapa karakteristik dari saham biasa diantaranya:
·         Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan  pasti. Pendapatan saham biasa dapat berasal dari penerimaan dividen dan selisih antara harga jual dengan harga beli saham. Pemilik atau pemegang saham akan memiliki hak untuk ikut serta dalam  rapat umum pemegang saham (RUPS) yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan.
·         Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo tertentu, dengan demikian emiten tidak mempunyai tanggungjawab untuk membayar kembali harga pembelian saham yang telah diterbitkannya.

b.      Saham Preferen (Preferred Stock)
            Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor.
            Serupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar deviden.
            Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.
            Saham preferen (preferen stock), adalah jenis saham yang memberikan hak istimewa kepada pemiliknya, saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi (bond) dan saham biasa. Dibanding saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran lebih dahulu jika terjadi likuidasi, oleh karena itu saham preferen dianggap mempunyai karakteristik. Beberapa karakteristik dari saham preferen adalah sebagai berikut:
·         Hak untuk menerima dividen terlebih dahulu.
·         Hak dividen kumulatif, artinya hak kepada pemegang saham   preferen untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya.
·         Hak preferen pada waktu likuidasi, artinya hak saham preferen untuk mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibanding saham biasa pada saat terjadi likuidasi.

2.      Ditinjau dari cara peralihannya
a.       Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
            Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
b.      Saham Atas Nama (Registered Stocks)
            Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
3.      Ditinjau dari kinerja perdagangan
a.      Blue – Chip Stocks
            Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
b.      Income Stocks
            Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata – rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.
c.       Growth Stocks
·         (Well – Known)
Saham – saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
·         (Lesser – Known)
Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.
d.      Speculative Stock
            Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
e.       Counter Cyclical Stockss
            Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
            Dan yang terbaru jenis saham yang diperdagangkan di BEI , yaitu ETF (Exchange Trade Fund) adalah gabungan reksadana terbuka dengan saham dan pembelian di bursa seperti halnya saham di pasar modal bukan di Manajer Investasi (MI). Menurut warsini sabar (2009:32) adapun jenis-jenis saham yang diperdagangkan di bursa efek adalah sebagai berikut:

Harga Saham
            Analisa terhadap nilai saham merupakan langkah mendasar yang harus dilakukan oleh investor sebelum melakukan investasi. (Husnan:285), yakni: pertama melakukan estimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di waktu mendatang, dan kedua menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Karena itu untuk melakukan evaluasi dan proyeksi terhadap harga saham, diperlukan informasi tentang kinerja fundamental keuangan perusahaan
            Harga saham adalah suatu saham yang mempunyai ciri untuk memperjual belikan di bursa efek yang diukur dengan nilai mata uang (harga) dimana harga saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan demand dan supply.
            Banyak teori dan studi empiris yang mendukung pernyataan bahwa terdapat pengaruh faktor-faktor fundamental, utamanya pengaruh EPS dan tingkat DPR terhadap harga saham. Informasi tentang laba perusahaan sangat diperlukan dalam melakukan penilaian terhadap saham. Laporan keuangan seperti laba perusahaan harus dipakai sebagai sumber informasi utama bilamana hendak melakukan analisis yang akurat terhadap harga saham. Ketika laba meningkat, maka harga saham cenderung naik sedangkan ketika laba menurun, harga saham juga ikut menurun.
            Nilai suatu perusahaan bisa dilihat dari harga saham perusahaan yang bersangkutan di pasar modal. Harga saham biasanya berfluktuasi mengikuti kekuatan permintaan dan penawaran. Fluktuasi harga saham mencerminkan seberapa besar minat investor terhadap saham suatu perusahaan, karenanya setiap saat bisa mengalam perubahan seiring dengan minat investor untuk menempatkan modalnya pada saham.
            Naik turunnya harga saham yang diperdagangkan di lantai bursa ditentukan oleh kekuatan pasar. Jika pasar menilai bahwa perusahaan penerbit saham dalam kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan yang bersangkutan akan naik demikian pula sebaliknya, jika perusahaan dinilai rendah oleh pasar, maka harga saham perusahaan juga akan ikut turun bahkan bisa lebih rendah dari harga di pasar sekunder antara investor yang satu dengan investor yang lain sangat menentukan harga saham perusahaan.
Kapan investor dapat membeli saham?
Seorang investor dapat membeli saham di pasar perdana maupun pasar sekunder. Pada pasar perdana, emiten yang baru go pubtic menawarkan sahamnya kepada investor me­lalui para penjamin emisi dan agen penjual.
Investor dapat membeli langsung melalui para penjamin emisi penerbitan saham tersebut atau melalui agen penjual. Kemudian saham yang dibeli pada pasar perdana dapat di­perjualbelikan melalui pasar sekunder atau di bursa efek me­lalui perusahaan pialang.
Untuk apa membeli saham?
Membeli saham merupakan alternatif lain dalam mengaman­kan dan sekaligus meningkatkan nilai kekayaan (dalam hal ini kekayaan berupa uang). Jadi mengamankan dan mening­katkan kekayaan bisa dalam bentuk berbagai macam, misal­nya: celengan, menyimpan di bank, dibelikan emas, dibelikan tanah, dibelikan apartemen dan masih banyak lagi.
Mengapa harus memilih saham untuk investasi?
Kalau deposito memberikan imbalan (suku bunga), yang tingginya relatif terbatas, katakan 15 % per tahun, tentu kita akan bersedia membeli saham, kalau saham itu mampu memberikan imbalan lebih besar dari 15 %. Jadi memilih investasi pada saham, karena lebih menguntungkan. Sebab kelebihan menabung dengan cara memiliki saham adalah kemampuannya memberikan keuntungan yang tidak ter-hingga. Tidak terhingga ini bukan berarti keuntungan in­vestasi saham biasa sangat besar dalam rupiahnya. Tetapi, tergantung pada perkembangan perusahaan penerbitnya. Apabila, perusahaan penerbit mampu menghasilkan laba yang besar, maka ada kemungkinan para pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan yang besar juga.
Karena, dengan laba yang besar itu, bisa diharapkan terse­dia dana yang besar untuk dibayarkan sebagai dividen. Di beragam jenis instrument investasi yang ditawarkan kepada masyarakat. Menyimpan uang bukan hanya deposito bank karena tingkat suku bunganya cenderung terjun bebas. Sambil menyimpan uang, bagaimana cara agar uang Anda “bekerja” mencari laba? Sebaiknya kita pahami jenis-jenis instrumen investasi. Apakah mekanisme transaksi (pembelian dan penjualan) instrument investasi -seperti saham biasa, preferen, obligasi, right issue, waran, dan reksadana mudah atau sukar melakukannya
            Dalam hal ini salah satu cara yang dilakukan untuk mengelolanya adalah dengan memperkecil risiko yang mungkin terjadi, Termasuk berinvestasi saham tersebut. Saat sebelum dilakukannya manajemen portofolio ada baiknya dilakukan pengecekan atas profil dari masing-masing investasi. Hal ini dapat mempengaruhi pemilihan suatu jenis saham, sehingga sebelum berinvestasi perlu juga untuk memperhatikan COR.
            COR ( Capital Objektive Risk) pada masing-masing orang memang berbeda. Pada Capital yang kecil ada baiknya dipergunakan untuk berinvestasi sebab kurang likuid untuk bertrading. Terlepas dari itu pemilihan jenis saham juga sangat terbatas, karena dengan jumlah Capital yang kecil perlu juga untuk memperhitungkan biaya untuk trading sebab secara otomatis fee-nya akan lebih banyak. Sedangkan Objektive merupakan tujuan, jadi apa sih tujuan kita dalam membeli suatu saham? Apabila tujuan kita sebagai tabungan atau untuk dana pensiun, maka metode ESP untuk investasi tahunan sangatlah sesuai. Metode ESP (Equity Savings Plan) memang terbilang simpel dan profitable serta fee-nya tidak melebihi 30ribu per bulannya. Dengan melakukan pembelian saham rutin dengan jumlah slot sama. ESP sendiri menggunakan Strategi yang hampir sama dengan DCA ( Dollar Cost Averaging), tapi bedanya apabila pada DCA nominalnya tetap sedangkan ESP jumlah lotnya yang tetap. Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah profil risiko. Jadi kita sebagai seorang investor harus tahu akan profil risiko, karena didalam pasar saham harga dapat berubah naik turun secara cepat.
            Berdasarkan profil risk sendiri terdapat beberapa macam diantaranya adalah : investor konservatif. Seperti apa kira-kira karakteristiknya? seperti namanya, pada investor konservatif lebih cenderung mencari kondisi yang aman / menghindari risiko. Jadi Investore jenis ini umumnya memilih saham yang fundamentalnya bagus serta bisa disimpan dalam jangka panjang. Seorang investor konservatif tidak begitu menyukai dengan kondisi yang fluktuatif.
Investor Moderat. Seorang investor yang mempunyai tingkatan toleransi kepada risiko yang lebih tinggi dengan imbal hasil yang sebanding. Untuk tipe investor ini memiliki kemampuan sedang dalam menanggung risiko serta biasanya sering melakukan suatu value investing atau growing investing. Investor Agresif. Untuk investor yang satu ini mempunyai tingkat toleransi dari risiko yang lebih tinggi dengan imbal hasil yang tinggi pula. Akan tetapi investor ini akan cenderung lebih aktif serta sering melakukan spekulasi perdagangan saham dan lebih berani. Apabila tidak dibarengi ilmu yang baik serta kedisiplinan yang benar maka investor agresif ini dapat dengan mudah menjadi spekulan.
            Yang biasa terjadi ialah ada banyak sekali investor yang menginginkan keuntungan dengan jumlah yang besar namun tidak mau melakukan pembatasan risiko yang mungkin terjadi. Padahal prinsip high risk – high return berlaku dalam berinvestasi. Jadi investasi dengan penawaran profit yang tinggi pasti juga mempunyai risiko yang lebih besar. Apabila semakin banyak pengalaman dan juga semakin banyak pengetahuan seorang trader maka risiko juga akan semakin mengecil.
            Sebenarnya apabila dibanding dengan investor maka yang lebih agresif adalah trader atau seseorang yang melakukan jual beli saham dalam jangka waktu yang pendek. Posisi trader yang membeli atau menual saham dengan jangka waktu 1 hingga 3 bulan, maka profit yang didapat sekitar 10% hingga 30% untuk setiap saham. Sedangkan swing trader melakukan aktivitas perdagangan jangka waktu beberapa minggu dengan mendapat keuntungan 1% hingga 5%. Jadi besar kecil dari keuntungan itu tergantung atas trend market, pemilihan suatu saham serta kedisiplinan dari masing-masing trader.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar